Sabtu, 30 Juli 2011
Mendapat peran sebagai ibu adalah anugerah dan nikmat yang tidak terkira. Betapa tidak, ketika suasana penat akibat pekerjaan di kantor yang menumpuk, bisa hilang seketika ketika sampai di rumah si kecil datang menyambut dengan tawa riang dan celotehan-celotehan lucunya. Ketika, suasana muram karena ada pertengkaran-pertengkaran kecil dengan suami, bisa hilang ketika si kecil tak henti-hentinya mengajak bermain sambil bercanda tawa.

Akan tetapi, sekelumit kebahagiaan itu tentu tidak selamanya begitu adanya. Adakalanya, si kecil tidak hentinya membuat kita repot. Ketika kita dikejar deadline setumpuk pekerjaan, si kecil merengek terus minta ditemenin bermain, membuat rumah yang tadinya rapi menjadi berantakan, atau si kecil yang segala sesuatu maunya bersama ibu. Minum susu mau ibu yang buat, mandi maunya dimadikan ibu, makan disuapin maunya juga oleh ibu.
***Duh repotnya***

Pengalamanku mengasuh kedua anakku yang masih kecil-kecil, setidaknya seperti itu. Keluhan semacam itu, tidak hanya dialami oleh ibu-ibu muda yang baru memiliki anak, akan tetapi ibu-ibu yang sudah memiliki beberapa anak pun seringkali mengalami hal yang sama.

Ada baiknya kita simak yang berikut ini:
Kenanglah saat-saat ketika kita melahirkannya. Bukankah kita telah melahirkannya dengan susah payah, dengan nyawa kita sebagai taruhannya? Berapa banyak uang yang telah kita keluarkan untuk bisa menghadirkannya ke dunia fana ini? Dan sekarang, dengan pertolongan Sang Pencipta mereka bisa hadir di tengah-tengah kita. Bukankah itu adalah keajaiban? Tidak kah mubadzir perjuangan kita jika kita menyia-nyiakannya? Bukankah kelak dia akan menjadi aset kita manakala dia tumbuh menjadi seorang anak yang soleh?

Tentu, perjuangan kita untuk bisa menjadikannya anak soleh tidak akan mudah. Mungkin saja perjalanannya panjang dan berliku. Terjal dan melelahkan. Tapi ingatlah, itu aset kita. Bukan saja aset di dunia, tapi juga di akhirat kelak.

Anak dengan segala sifat dan karakternya, kekurangan dan kelebihannya adalah anugerah yang tidak ternilai harganya. Sebagaimana rejeki yang akan Alloh mintai pertanggungjawaban bagaimana kita membelanjakannya, anak juga akan dimintai pertanggung jawaban oleh-Nya bagaimana kita mendidiknya.
Semoga anak-anak kita dapat menjadi perhiasan, menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.
( Aamiiiin.)

0 komentar:

Hallo sobat salam kenal , mari membaca sedikit info di blog ini... sering-sering kesini yaa, thx

Arsip Blog

Popular Posts

Total Pengunjung

Website counter

Pengikut

About Me

Foto Saya
Muhammad Arief
Tangerang Selatan, Banten, Indonesia
Jangan takut u/ berbuat hal bodoh... Coba berpikir dengan pandangan yg berbeda... Kebodohan akan tetap menjadi sebuah kebodohan jika gagal melakukan kebodohan itu, tetapi jika berhasil melakukannya dg baik tentu akan menjadi luar biasa.
Lihat profil lengkapku

Rujukan

Muhammad Arief S. Diberdayakan oleh Blogger.